Awalnya prasasti ini dianggap sebagai batu nisan biasa, karena memang kalau dilihat sepintas memang seperti batu nisan yang biasa bisa dijumpai di kompleks pemakaman orang Cina (bong). Prasasti ini berangka tahun 1873 dan bertuliskan aksara Mandarin.
Isi Prasasti:
Ini adalah lisjt dari sekoempoelan itoe orang-orang boediman berdjoemlah 81 orang jang soedah boleh melakoekan soeatoe perboewatan moelia oentoek mendoekoeng itoe oesaha dari sarikat Boen Tek Bio mengoempoelkan oeang sebesar 18.156 Toen (ringgit Belanda) oentoek melakoekan pemboeatan 30 (tiga poeloeh) boeah djalan dan joega bikin peraoe dan laennja. Batoe parengatan ini ditoeliskan pada taon kesebelas sewaktoe pemerentahan Kaisar Thong Tjie (masehi 1873).
Prasasti ini terletak di pinggir Sungai Cisadane dekat Pasar Lama Tangerang, tidak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio, tertua di Tangerang.
Situs jejak-bocahhilang.com mengatakan, awal mulanya Tangga Jamban bersama Tangga Ronggeng. Dinamakan demikian karena merupakan dermaga untuk menautkan tali perahu saat warga akan ke klenteng.
Sayangnya Tangga Jamban lambat laun dipenuhi orang buang hajat dan akhirnya penduduk setempat menyebutnya Tangga Jamban.
Prasasti penting itu nyaris hilang dari sejarah Tangerang hingga suatu hari diserahkan kepada pengelola Museum Benteng Heritage oleh salah satu warga yang telah mengamankannya bertahun-tahun setelah kondisi Tangga Jamban memprihatinkan.
Share
& Comment
Tweet